Subscribe

RSS Feed (xml)



Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Kamis, 23 Oktober 2008

OBROLAN DI SELA UJIAN

Pagi itu, suasana sekolah sibuk dengan Ujian Praktek bagi kelas 7 – 9. Diantara kesibukan itu, tampak seorang anak berdiri sendiri di depan kelas sambil menekan-nekan keypad handphone-nya. Mulut anak tersebut tampak cemberut dan menampakkan ekspresi wajah yang “jutek”. Anak tersebut menggunakan sepatu yang tidak sesuai dengan tata tertib sekolah. Selain itu, jelas dia tidak mengikuti Ujian Praktek yang sedang berlangsung. Hal itu menarik keingintahuan saya untuk bertanya dan terjadilah dialog seperti di bawah ini.

Konselor
: “ Hai, klien mengapa kamu berada di luar? Bukankah sedang ujian praktek?”
Klien
: “ Ga boleh ikut ujian, Bu!” (dengan nada yang dingin)
Konselor
: “ Yuk, kita duduk di aula yang tenang, biar lebih enak ngobrolnya…”
Klien
: “Ga mau Bu, di situ saja.” (kami duduk di tempat yang pada saat itu tidak terlalu ramai pada waktu itu walaupun kadang dilalui siswa)
Konselor
: “ Coba ceritakan apa yang terjadi sehingga klien tidak boleh ikut ujian…”
Klien
: (Diam saja kemudian mulai menghubungi seseorang melalui hp-nya dan ternyata menghubungi mamanya)
Konselor
: (Hanya memperhatikan klien sampai selesai menghubungi mamanya, setelah itu baru diajak bicara kembali). “Jadi apakah karena sepatu klien tidak boleh ikut ujian?”
Klien
: “ Tadi disuruh lepas sepatu sama ibu X…”
Konselor
: “ Terus…”
Klien
: “Sepatu hitam saya ‘kan basah, jadi saya pakai yang ini”
Konselor
: “Dan kamu lebih memilih tidak melepas sepatu daripada ikut ujian?”
Klien
: “Bukan itu aja Bu. Sebenarnya mau aja buka sepatu Bu, tapi dikit-dikit orang tua dipanggil, masa tiap hari orang tua saya dipanggil supaya bisa ujian. Biarin aja Bu ga ikut ujian”
Klien
: “Saya juga sudah ngumpulin tugas untuk ujian, masa disuruh bikin lagi”
Konselor
: “Tugas sudah klien buat…”
Klien
: “Iya, saya cari tugas nge-download dari internet, eh saya disuruh buat lagi. ‘Kan temen-temen juga banyak yang ngambil dari internet, gurunya aja yang sentimen sama saya.”
(Kemudian ada guru pengawas ujian praktek yang menghampiri dan menyampaikan bahwa klien harus menuliskan lagi tugasnya karena tugas sebelumnya dicontek dari pujangga besar ). (Konselor dan klien diam sampai guru pengawas masuk kelas lagi)
Konselor
: “ Nah, sekarang gimana? Memilih gengsi kemudian tidak ikut ujian atau merendahkan hati mengerjakan tugas dan ikut ujian?
Klien
: (Diam saja)
Konselor
: “ Coba kendalikan emosi dan pikirkan, apa yang klien lakukan sekarang akan berdampak di masa yang akan datang. Paling tidak pada hasil ujian nasional nanti. Ayo, klien bisa coba mengerjakan tugas itu“ (konselor mengambilkan beberapa lembar kertas dan alat tulis)
Klien
: “Ga mau ah Bu” (nada suara sudah mulai lunak)
Konselor
: “Yuk, klien coba dulu menuliskan pengalaman sesuai dengan tema tugas itu, (tema Kasih). Klien bisa menuliskan kasih yang diterima dari teman atau kasih dari siapa saja yang klien alami.”
Klien
: (mulai mengambil alat tulis)
Konselor
: “Baiklah, cobalah untuk menulis dengan tenang” (sambil menepuk pundak klien, konselor memberikan kesempatan klien mengerjakan tugas sendirian)

Siang harinya, saya bertanya kepada guru pengawas ujian praktek tentang keikutsertaan klien dalam ujian hari itu. Dan klien sudah mau mengikuti ujian praktek. Pada saat sudah selesai seluruh ujian praktek hari itu, saya sempat bertanya pada klien yang berjalan pulang, “Bagaimana ujiannya?”, dia menjawab “Iya Bu sudah ikut, saya tadi ga bisa ngendaliin diri. Dengan pelan, saya tepuk pundaknya dan mengatakan “Yuk , kamu bisa mengendalikan diri lebih baik lagi”.
Waktu itu ada dua isu penting yang saya “tangkap” dari obrolan bersama siswa, yang notabene masih remaja, yaitu gengsi dapat menutupi priritas yang berkaitan dengan masa depan remaja dan kreativitas siswa mengerjakan sesuatu yang memanfaatkan teknologi perlu diakui serta diarahkan pada memodifikasi dan inovasi, tidak sekedar men-download dan print.
Silakan Anda yang peduli pendidikan memberikan komentar dan saran yang membangun…Salam -

Tidak ada komentar:

Posting Komentar