Kasus
Suatu hari ada orang tua (A) menelpon saya (B) karena kebingungan, tidak tahu lagi apa yang harus dia lakukan. Kebingungan ini disebabkan karena "goreng adat" / perilaku yang kurang baik dari anak remajanya (C). Melalui telpon, saya dengar adanya nada penuh emosi dan kepanikan. Terjadilah dialog seperti berikut:
A: "Tolong saya, pulang sekolah anak saya ga mau pulang ke rumah..."
B: "Apa yang terjadi?
A: "Kemarin saya bertengkar dengan (C) gara-gara hp, hp (C) rusak dan dia pinjam hp saya sudah lama padahal janjinya sehari. Saya 'kan juga perlu hp itu kalau ada teman bisnis, selain itu C kalau sudah pakai hp bisa sampai subuh. Saya takutnya nanti di sekolah C mengantuk dan lagi sudah mau ujian kenaikan kelas. Saya takut dan stres kalau nilainya jelek lagi. Saya bingung ngadepin C, belum papa C lagi sakit, saya benar-benar bingung...C marah-marah dan bicara kasar sama saya, saya bingung, dia minta diperhatikan ketika diperhatikan salah,ga diperhatikan salah, ditanya dia mau apa tetapi jawabnya bentak sambil bilang udah diam. Terus saja dia bilang, saya pilih kasih dan ga sayang pada C dan dia nanti ga akan pulang,dia masukin bajunya ke tas. Tolong omongin C untuk tidak kabur ya bu..."
B: "Ya..,akan saya coba..."
A: "Saya harus gimana bu? saya benar-benar bingung..."
B: "Iya Bu, saya mengerti. Sepertinya komunikasi antara orang tua dan C belum terjalin dengan baik ya Bu..."
A: "Benar Bu, saya sudah coba dekatin C, ngajak C bicara tetapi dia pulang sekolah langsung masuk kamar, ambil makan terus dibawa ke kamar. Tetapi kalau telpon sama temannya bisa sampai subuh, kalau ditegur dan dibilangin sini C ngobrol sama papa-mama. Dia jawabnya, ah diamlah...banting pintu.
B: (saya menceritakan kondisi psikis C). "Ibu, C pada dasarnya adalah anak yang sensitif, bisa diomongin dan kurang PD. Dia memerlukan rasa dihargai, cobalah support dia di bidang seni. Dia pandai men-disaign asesoris, mungkin itu salah satu cara men-support.
Dari penggalan dialog di atas sebenarnya hendak mengatakan kepada kita bahwa kesulitan komunikasi antara orang tua dan anak remajanya dapat terjadi dan menimbulkan stres/ rasa tertekan dalam keluarga baik orang tua sendiri maupun anak-anak.
Dalam membina komunikasi yang baik antara orang tua dan anak, marilah kita perhatikan hal-hal berikut ini:
1. pahami situasi psikis / mental anak remaja sebenarnya(situasi psikis biasanya akan muncul dalam perilaku anak yang sulit diterima oleh orang tua), contoh:
* kurang PD atau pembangkang karena kecewa pada orang tua, sering dipukul dan dicela hasil pekerjaannya.
* tidak mandiri karena orang tua terlalu khawatir dan tidak pernah memberikan kesempatan anak remaja bertanggung .
* tidak bertanggung jawab karena terbiasa memperoleh segala sesuatu dengan mudah sehingga anak menggampangkan segala sesuatu.
* anak remaja menganggap bahwa teman lebih penting dari orang tua karena pada perkembangannya anak remaja sedang mencoba keluar dari tekanan orang tua dan menunjukkan eksistensinya.
2. merespon situasi psikis dengan tepat, contoh:
* anak kurang PD : mulai dihargai hasil kerjanya dan di-support jika hasilnya belum maksimal
* anak tidak mandiri : memberikan tanggung jawab yang sesuai, dapat berdasarkan kebutuhan anak sendiri, sekali-kali biarkan anak naik angkot sendiri.
* anak tidak bertanggung jawab: mengadakan pembagian tugas di rumah
* anak lebih banyak bicara kepada teman : kenalilah teman-teman anak anda, kalau memungkinkan buatkanlah pesta kecil di rumah Anda supaya teman-temannya dapat datang.
3. hargai privacy anak remaja
4. Tetap jalin komunikasi dengan lingkungan dimana anak remaja berkomunitas; sekolah, gereja, atau lingkungan pertemanan sehingga dapat memunculkan obrolan yang sesuai minatnya.
5. Tetap doakan dan dukung anak remaja, mereka memerlukan pendampingan orang tua walaupun sepertinya tidak.
Marilah kita dedikasikan hidup kita untuk membina tunas-tunas yang sedang mencari jati diri ini dengan kasih dan doa.
Kamis, 23 April 2009
"Aku ga tahu keinginan anakku?"
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar